About Me

Foto saya
haMba Alloh yang tidak prnah sempurna,,tetapi berusaha berbuat yang terbaik,InsyaAlloh,, =)

TaMunya egHa...

Followers

BanTu SaudaRa kiTa di PaLesTina ya...

Support Palestine

Minggu, 16 Mei 2010

An Nisa : Habis Gelap Terbitlah Terang (edisi bulan April)

 Bismillahirrahmanirrahiim

alhamdulillah,,akhirnya keinginan egha kesampaian juga. Adanya buletin khusus akhwat dari departement Kemusliahan KSI Asy Syifa. Ini disetuju sama Ketua KSI kita, Nurprianto,,syukron akhi,,

edisi pertama terbit bulan April,tepat saat hari Kartini. Jadi tema buletinnya juga tentang emansipasi wanita dan Islam,,

Habis Gelap Terbitlah Terang

21 April adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia,terutama bagi kaum wanita, dimana tanggal tersebut merupakan peringatan untuk mengenang R.A Kartini yang telah memperjuangkan kedudukan kaum Hawa terutama dalam dunia pendidikan.
Tapi dalam sejarah beliau yang kita ingat dengan kata-kata “Habis Gelap Terbitlah Terang” dan juga merupakan judul buku dari kumpulan surat-surat beliau ini ternyata memiliki sejarah yang luar biasa.
R.A Kartini semasa hidup beliau, selalu ingin memperjuangkan kaum wanita untuk bisa setara kedudukannya dengan kaum laki-laki pada masa itu. Awalnya beliau sempat tertarik pada beradaban Eropa yang beliau anggap sebagai beradaban terbaik untuk dicontoh.
Pengalaman tidak menyenangkan R.A Kartini dengan guru mengajinya yaitu Ibu guru mengajinya memarahi dan menyuruhnya keluar karena Kartini menanyakan makna ayat Al Qur'an yg dibacanya tadi, membuat beliau mengirimkan surat kepada “sahabatnya” Stella.

Inilah kutipan suratnya kepada Stella tertanggal 6 November 1899 dan kepada Abendanon tertanggal 15 Agustus 1902 ; "Mengenai agama Islam, Stella, aku hrs menceritakan apa. Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dgn umat agama lain. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku kalau aku tidak mengerti dan tdk boleh memahaminya. Al Qur'an terlalu suci, tdk boleh diterjemahkan ke dlm bahasa apapun. Di sini tdk ada yg mengerti bahasa Arab. Orang-orang disini belajar membaca Al Qur'an tetapi tdk mengerti apa yg dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tdk mengerti apa yg dibacanya. Sama saja halnya spt engkau mengajar aku membaca buku berbahasa Inggris, aku hrs menghafal kata demi kata, tetapi tdk satupun kata yg kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi soleh pun tdk apa-apa asalkan jadi orang baik hati, bukankah begitu Stella..?? "

Sampai pada suatu ketika Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat itu sedang berlangsung pengajian bulan khusus utk anggota keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama Raden Ayu yg lain dari balik Khitab (tabir). Kartini tertarik kpd materi yg sedang diberikan, tafsir Al Fatihah, oleh Kyai Shaleh Darat,ulama besar yg sering memberikan pengajian di beberapa kabupaten di sepanjang pesisir utara. Kyai tersebut sangat kagum saat Kartini bertanya dengan petanyaan yang sangat diplomatis, " Kyai perkenankan saya menanyakan sesuatu, bagaimanakah hukumnya apabila seseorang yang berilmu namun menyembunyikan ilmunya..?. Kyai Saleh Darat kemudian menterjemahkan Al Qur’an kedalam bahasa Jawa,beliau menghadiahkan Al Qur’an itu kepada Kartini saat Kartini menikah.

Setelah pengajian tsb terjadilah perubahan besar dalam diri Kartini. Kini ia mulai memahami Islam. Coba simak beberapa suratnya lagi ; " Sudah lewat masanya, tadinya mengira bhw masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yg paling baik tiada taranya, maafkan kami, tetapi apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna..?? Dapatkah Ibu menyangkal bhw dibalik hal yg indah dlm masyarakat Ibu terdapat banyak hal yg sama sekali tdk patut dinamakan peradaban ?? " (kepada Ny Abendanon, 27 October 1902)

Dalam surat Al Baqarah Ayat 257, Kartini menemukaan kata-kata yg amat menyentuh nuraninya ;
"Orang-orang yg beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya (Minadzdzulumaati Ilaan Nuur )".
Kartini amat terkesan dgn ayat ini, karena beliau merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari pemikiran jahiliyah kepada pemikiran terbimbing oleh Nuur Ilahi.Dan sebelum wafatnya Kartini, dalam banyak suratnya mengulang kata-kata" Dari gelap menuju cahaya ", yg ditulis dalam bahasa Belanda sebagai" Door Duisternis Toot Licht ". Yang kemudian dijadikan kumpulan surat Kartini oleh Abendanon yang sama sekali tidak mengetahui bahwa kata-kata itu dikutip dari AlQur'an. Ditambah lagi diterjemahkan sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang" oleh Armijn Pane.

EMANSIPASI DAN ISLAM

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar".

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas ra bahwa ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan para wanita: “Mengapa dalam Al-Qur’an disebutkan para laki-laki sementara para wanita tidak?” Maka turunlah ayat ini.

Jauh Sebelum mempoklamirkan emansipasi wanita, Islam telah lebih dahulu mengangkat derajad wanita dari masa pencampakan wanita di era jahiliah ke masa kemulaian wanita. Dari ayat di atas kita bisa melihat betapa Islam tidak membedakan antara wanita dan laki-laki. Semua sama di hadapan Allah.swt, dan yang membedakan mereka di hadapan Allah adalah mereka yang paling bertaqwa, taqwa dalam artian menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangnnya.

Makna emansipasi wanita yang benar, adalah perjuangan kaum wanita demi memperoleh hak memilih dan menentukan nasib sendiri. Sampai kini, mayoritas wanita Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan sektor informal belum menyadari makna dari emansipasi wanita itu sendiri, akibat normatif terbelenggu persepsi etika, moral, dan hukum genderisme lingkungan sosio-kultural menjadi serba keliru. Belenggu budaya itulah yang harus didobrak gerakan perjuangan emansipasi wanita demi memperoleh hak asasi untuk memilih dan menentukan nasib sendiri.

Di hari Kartini ini, mari kita meneropong kebelakang melihat kembali wanita-wanita yang berjaya pada awal-awal berdirinya Islam, mereka adalah Aisyah binti Abu Bakar(wafat 58 H), Hafsah binti Umar (wafat 45 H), Juwairiah binti Harits bin Abu Dhirar (wafat 56 H), Khadijah binti Khuwailid (wafat 3 SH), Maimunah binti Harits (wafat 50 H/670 M), Ummu Salamah (wafat 57 H/676 M), Zainab binti Jahsy (wafat 20 H), Fatimah binti Muhammad (wafat 11 H), Ummi Kultsum binti Muhammad (wafat 9 H/639 M), Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.) dan lain sebagainya. Merekalah yang telah memberikan suri tauladan yang sangat mulia untuk keberlangsungan emansipasi wanita, bukan saja hak yang mereka minta akan tetapi kewajiban sebagai seorang wanita, istri,anak atau sahabat mereka ukir dengan begitu mulianya. Seperti telah disinggung di atas, dalam pandangan Islam wanita yang baik adalah wanita yang seoptimal mungkin menurut konsep al-qur’an dan assunnah. Ialah wanita yang mampu menyelaraskan fungsi, hak dan kewajibannya:
-Seorang hamba Allah ( At-Taubah 71)
-Seorang istri (An-Nisa 34)
-Seorang ibu (Al-Baqoroh 233)
-Warga masyarakat (Al-furqan 33)
-Da’iyah( Ali Imran104 -110)

Islam juga telah mengabadikan nama wanita yang dalam bahasa Arab An-nisa (النساء) ke dalam salah satu surat dalam Al-quran, dan islam juga tidak melarang wanita untuk berperang atau berjihad di jalan Allah.Swt melawan orang-orang kafir, dalam hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat wanita terkemuka Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz ra berkata :“Kami pernah bersama nabi SAW dalam peperangan, kami bertugas memberi minum para prajurit, melayani mereka, mengobati yang terluka, dan mengantarkan yang terluka kembali ke Madinah.” Ummu Haram ra, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra , dimana ia berkata:
“Nabi SAW bersabda : “Sejumlah orang dari ummatku menawarkan dirinya sebagai pasukan mujahid fi sabiliLLAH. Mereka mengarungi permukaan lautan bagaikan raja-raja di atas singgasananya.” Lalu tiba-tiba Ummu Haram ra berkata: “Ya RasuluLLAH, doakan saya termasuk diantara mereka itu.” Lalu Nabi SAW mendoakannya…”

Para wanita yang dalam Islam sangat dihormati dan dimuliakan digugat. Aturan-aturan Islam yang tinggi dan sempurna dituding sebagai biang keladi ‘terbelakangnya’ para wanita Islam. Musuh-musuh Allah yang lantang meneriakkan isu hak asasi, kebebasan, modernisasi, dan persamaan inipun menyerang masalah poligami,hak menthalaq, hak warisan, masalah hijab, dan sebagainya sebagai hal-hal yang melemahkan Islam. Islam dikatakan telah merendahkan harkat dan martabat wanita, sedang Barat lah yang mengangkat dan memuliakannya.

Pada akhirnya kita sebagai wanita mulimah untuk selalu menyiapkan dan meningkatkan kualitas keislaman kita, agar kita tidak terpengaruh dengan slogan- slogan barat yang akan menghancurkan pilar-pilar Islam dan menyilaukan mata kita.

Selamat hari Kartini semoga wanita Indonesia bisa lebih meningkatkan khazanah keislamannya dan menghasilkan karya-karya besar untuk kemajuan Indonesia dan Islam pada umumnya. (dikutip dari tulisan:Mukhlas Al Bastamy )

1 komentar:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    BalasHapus

Pages